“ Meskipun tak berpengalaman, Tuhan mau pakai “
Teks : Kitab Keluaran 3: 9 – 4 : 15
Pendahuluan:
Saya ingin bertanya, apakah dari kita
semua yang hadir saat ini sebelum masuk ke tempat ini untuk dididik menjadi
hamba Tuhan itu merasa pantas untuk menjadi hamba Tuhan karena segala perbuatan
anda dulu yang sangat membanggakan? Sebagai contoh, punya nilai bagus, bisa
bahasa inggris, pintar bicara. Atau yang lain, saya pasti tidak akan ada satu
pun dari kita yang sebelum ini merasa pantas untuk melayani Tuhan menjadi hamba
Tuhan. Masih ingat bagaimana pergumulan anda dulu?. Pergumulan yang telah anda
alami mungkin ada kesamaan dengan salah satu tokoh dari PL yang juga bergumul
dengan panggilan TUhan sampai – sampai ia menolak hingga 5 kali. Yaitu…..?
Yak…..Musa
Buka Teks……
Isi :
Dari teks yang kita
sudah baca tersebut, tercatat bahwa Musa sampai 5 kali secara terus menerus
bertanya, dimana pertanyaan tersebut menandakan bahwa ia berusaha menolaknya
secara halus, Musa menolak hingga sampai 5 kali bukannya tanpa alasan. Pertama,
karena Musa sebelumnya telah mengalami penolakan dari bangsanya sendiri dan
akhirnya membuat Musa merasa tertolak. Selain itu juga Musa merasa bahwa
sesuatu yang harus ia lakukan ini tidak pantas untuk dilakukannya. Yang menjadi
pertanyaan, mengapa Musa menolaknya? Apakah Musa memang sungguh – sungguh tidak
mampu atau pintar? Apakah Musa termasuk orang yang suka ragu – ragu? Atau
apa…..? kita lihat dulu siapa itu Musa…!
Sebelum peristiwa ini
dimana Musa dilahirkan pada masa dimana Firaun pada saat itu hendak membatasi
jumlah orang Ibrani yang semakin bertambah dengan cara membunuh setiap bayi
laki – laki mereka (ps 1). Musa kemudian disembunyikan dalam keranjang di
antara teberau di tepi sungai Nil dan dia ditemukan oleh putri Firaun, kemudian
Musa tumbuh dalam lingkungan istana Mesir dengan mendapat pendidikan dan
latihan yaitu beberapa ketrampilan fisik dan ketrampilan administrasi. Jadi
Musa bukanlah termasuk orang yang bodoh atau “le-mot” tapi ia adalah orang yang
pintar. Bahkan ada yang berkata bahwa ia sebagai perdana menteri di Mesir
(tangan kanan Firaun). Akan tetapi Musa tetap saja menolak panggilan Tuhan
dengan berbagai alasan yang ia berikan hingga kelima kali dan saat itu Tuhan
murka terhadap Musa karena ia selalu menolak panggilan Tuhan dengan berbagai
dalih.
Dalam hal ini Musa
menolak panggilan TUhan yang secara khusus dialami oleh Musa secara luar biasa
atau yang disebut Theophani terjadi bukan tanpa alasan. Musa menolak bukan
karena ia tidak mampu melainkan karena ia merasa tidak layak, maka ia menolak
panggilan Tuhan. Karena pekerjaan ini begitu terlalu besar yang harus ia
tanggung, bayangkan saja apakah kita
sendiri mampu untuk memimpin satu bangsa yang sangat banyak diajak jalan kaki
keluar negeri dan sebelum itu kita malah ditolak oleh bangsa kita. Bagaimana
reaksi kita? Mungkin salah satunya bunuh diri…ajah..
Dalam bagian ini kita belajar 3 bagian…
Pertama, yaitu Allah memiliki kehendak dalam
memilih setiap hamba-Nya yang ingin Ia pakai untuk melakukan rencanaNya,
berbicara mengenai kehendak Allah berarti sangat berkaitan dengan Kedaulatan
Allah. Bagi kita kalangan mahasiswa mungkin sudah tidak asing lagi mendengar
akan frase “kedaulatan Allah”, akan tetapi apakah kita sudah benar – benar mengerti
kedaulatan Allah dan sudah mempraktekkan dalam hidup kita, kadang kala terasa
sulit sekali… dalam banyak buku “kedaulatan Allah” bermakna supremasi Allah,
keberkuasaan Allah diatas segalanya. Sehingga tidak ada satu orang pun yang
dapat menggagalkan keputusanNya dan menghalangi tujuanNya atau bahkan menentang
kehendakNya (lihat Maz. 115:3). Dalam kisah Musa ini, bisa saja Tuhan tidak
memakai Musa untuk membawa keluar bangsa Israel atau bisa saja Allah memilih
orang lain. Tetapi oleh karena kedaulatanNya atas seluruh alam semesta dan
kehidupan manusia, maka Ia memilih Musa. bagaimanapun Musa mencoba untuk
menolak panggilanNya tetapi rencana Allah tidak pernah gagal.
Kedua, dalam teks ini memberi kita suatu
pengajaran dimana ketika Allah yang memanggil kita tentu Allah-lah yang
memperlengkapi kita. Apakah Musa tidak cukup pintar sehingga Musa perlu
merendah dalam panggilan TUhan? Tidak … Musa termasuk orang yang sangat pintar
krn sebelumnya Musa dididik 40 ditanah Mesir dengan berbagai Hikmat Mesir dalam
hal ketrampilan maupun manajemen, tentunya Musa sangat pandai, akan tetapi
mengapa Musa masih ragu untuk melangkah? Musa merasa tidak layak bukannya tanpa
alasan. Apabila kita coba telusuri teks ini, terlihat bahwa dalam diri Musa
memiliki KETAKUTAN, ketakutan disini dimengerti karena ia sebelumnya telah
melakukan pembunuhan dan ia takut juga karena ia merasa tidak mampu untuk
memimpin. Disini inti dari semua penolakan yang ia lakukan, ia merasa tidak
mampu untuk melakukan pekerjaan TUhan yang besar ini. Tapi Tuhan tetap memberi
Musa janji yang selalu dan tetap melengkapi Musa.
Ketiga, mengapa Tuhan sampai murka
(4:13) ? murka Tuhan yang bangkit terhadap Musa dalam teks ini sangat berkaitan
erat dengan teks sebelumnya, dimana ketika Tuhan berjanji akan menyertai lidah
dan mengajarnya, disitu Musa masih meragukan akan kuasa Allah. Dalam hal inilah
Allah murka. Sebenarnya sikap rendah hati yang dimiliki oleh Musa itu sangat
baik sekali dan sudah seharusnya dimiliki oleh setiap kita yang mau di pakai
sebagai hamba yaitu sikap yang rendah hati. Tetapi jika diikuti dengan sikap
yang meragukan akan kuasa Allah, itu yang tidak seharusnya terjadi. Seberapa
besar pelayanan yang nantinya kita dipercayakan, apakah itu berarti setelah
kita lulus dari tempat ini, kita menjadi gembala salah satu gereja? Atau
menjadi pengkotbah dalam jemaat yang jumlahnya ribuan? Lakukanlah semuanya itu
dengan bersandar dengan kekuatan Tuhan dan bukan semakin meragukan Tuhan
Aplikasi:
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih
memiliki sikap rendah hati dalam setiap batin kita yang paling dalam? Apakah
rendah hati itu yang kamu miliki membuat kita semakin kurang mempercayai kuasa
Allah? Atau sebaliknya karena kita merasa mampu melakukan segalanya sehingga
kita tidak memiliki kerendahan hati di hadapan Allah? Yang dapat mengoreksi
diri kita adalah diri kita sendiri dengan Allah.
Ilustrasi:
Ada seorang geocoastal morphologist atau
seorang pakar pantai datang ke sebuah pantai di Jogja, namanya apa? … pantai
selatan bukan?... kemudian ia berdiri dengan gagahnya di bibir pantai dengan
berkata sambil menunjuk bagian pantai yang ombaknya ganas, sebelumnya seorang
nelayan telah memperingatkannya untuk tidak berdiri di situ. Akan tetapi ia
mengabaikannya sambil berkata :” saya adalah segelintir orang di dunia ini yang
sangat menguasai perairan.” Dan ternyata kalimat itu adalah kalimat terakhir
yang Ia ucapkan, setelah itu ombak menggulung orang tersebut ke tengah laut dan
ia pun mati tenggelam. Apakah kita ingin mencoba seperti itu?......
Amin…