Jumat, 08 Agustus 2014

kotbah pertama



 “ Meskipun tak berpengalaman, Tuhan mau pakai “
Teks : Kitab Keluaran 3: 9 – 4 : 15
Pendahuluan:
Saya ingin bertanya, apakah dari kita semua yang hadir saat ini sebelum masuk ke tempat ini untuk dididik menjadi hamba Tuhan itu merasa pantas untuk menjadi hamba Tuhan karena segala perbuatan anda dulu yang sangat membanggakan? Sebagai contoh, punya nilai bagus, bisa bahasa inggris, pintar bicara. Atau yang lain, saya pasti tidak akan ada satu pun dari kita yang sebelum ini merasa pantas untuk melayani Tuhan menjadi hamba Tuhan. Masih ingat bagaimana pergumulan anda dulu?. Pergumulan yang telah anda alami mungkin ada kesamaan dengan salah satu tokoh dari PL yang juga bergumul dengan panggilan TUhan sampai – sampai ia menolak hingga 5 kali. Yaitu…..? Yak…..Musa
Buka Teks……
Isi :
Dari teks yang kita sudah baca tersebut, tercatat bahwa Musa sampai 5 kali secara terus menerus bertanya, dimana pertanyaan tersebut menandakan bahwa ia berusaha menolaknya secara halus, Musa menolak hingga sampai 5 kali bukannya tanpa alasan. Pertama, karena Musa sebelumnya telah mengalami penolakan dari bangsanya sendiri dan akhirnya membuat Musa merasa tertolak. Selain itu juga Musa merasa bahwa sesuatu yang harus ia lakukan ini tidak pantas untuk dilakukannya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Musa menolaknya? Apakah Musa memang sungguh – sungguh tidak mampu atau pintar? Apakah Musa termasuk orang yang suka ragu – ragu? Atau apa…..? kita lihat dulu siapa itu Musa…!
Sebelum peristiwa ini dimana Musa dilahirkan pada masa dimana Firaun pada saat itu hendak membatasi jumlah orang Ibrani yang semakin bertambah dengan cara membunuh setiap bayi laki – laki mereka (ps 1). Musa kemudian disembunyikan dalam keranjang di antara teberau di tepi sungai Nil dan dia ditemukan oleh putri Firaun, kemudian Musa tumbuh dalam lingkungan istana Mesir dengan mendapat pendidikan dan latihan yaitu beberapa ketrampilan fisik dan ketrampilan administrasi. Jadi Musa bukanlah termasuk orang yang bodoh atau “le-mot” tapi ia adalah orang yang pintar. Bahkan ada yang berkata bahwa ia sebagai perdana menteri di Mesir (tangan kanan Firaun). Akan tetapi Musa tetap saja menolak panggilan Tuhan dengan berbagai alasan yang ia berikan hingga kelima kali dan saat itu Tuhan murka terhadap Musa karena ia selalu menolak panggilan Tuhan dengan berbagai dalih.
Dalam hal ini Musa menolak panggilan TUhan yang secara khusus dialami oleh Musa secara luar biasa atau yang disebut Theophani terjadi bukan tanpa alasan. Musa menolak bukan karena ia tidak mampu melainkan karena ia merasa tidak layak, maka ia menolak panggilan Tuhan. Karena pekerjaan ini begitu terlalu besar yang harus ia tanggung, bayangkan saja  apakah kita sendiri mampu untuk memimpin satu bangsa yang sangat banyak diajak jalan kaki keluar negeri dan sebelum itu kita malah ditolak oleh bangsa kita. Bagaimana reaksi kita? Mungkin salah satunya bunuh diri…ajah..
Dalam bagian ini kita belajar 3 bagian…
Pertama, yaitu Allah memiliki kehendak dalam memilih setiap hamba-Nya yang ingin Ia pakai untuk melakukan rencanaNya, berbicara mengenai kehendak Allah berarti sangat berkaitan dengan Kedaulatan Allah. Bagi kita kalangan mahasiswa mungkin sudah tidak asing lagi mendengar akan frase “kedaulatan Allah”, akan tetapi apakah kita sudah benar – benar mengerti kedaulatan Allah dan sudah mempraktekkan dalam hidup kita, kadang kala terasa sulit sekali… dalam banyak buku “kedaulatan Allah” bermakna supremasi Allah, keberkuasaan Allah diatas segalanya. Sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat menggagalkan keputusanNya dan menghalangi tujuanNya atau bahkan menentang kehendakNya (lihat Maz. 115:3). Dalam kisah Musa ini, bisa saja Tuhan tidak memakai Musa untuk membawa keluar bangsa Israel atau bisa saja Allah memilih orang lain. Tetapi oleh karena kedaulatanNya atas seluruh alam semesta dan kehidupan manusia, maka Ia memilih Musa. bagaimanapun Musa mencoba untuk menolak panggilanNya tetapi rencana Allah tidak pernah gagal.
Kedua, dalam teks ini memberi kita suatu pengajaran dimana ketika Allah yang memanggil kita tentu Allah-lah yang memperlengkapi kita. Apakah Musa tidak cukup pintar sehingga Musa perlu merendah dalam panggilan TUhan? Tidak … Musa termasuk orang yang sangat pintar krn sebelumnya Musa dididik 40 ditanah Mesir dengan berbagai Hikmat Mesir dalam hal ketrampilan maupun manajemen, tentunya Musa sangat pandai, akan tetapi mengapa Musa masih ragu untuk melangkah? Musa merasa tidak layak bukannya tanpa alasan. Apabila kita coba telusuri teks ini, terlihat bahwa dalam diri Musa memiliki KETAKUTAN, ketakutan disini dimengerti karena ia sebelumnya telah melakukan pembunuhan dan ia takut juga karena ia merasa tidak mampu untuk memimpin. Disini inti dari semua penolakan yang ia lakukan, ia merasa tidak mampu untuk melakukan pekerjaan TUhan yang besar ini. Tapi Tuhan tetap memberi Musa janji yang selalu dan tetap melengkapi Musa.
Ketiga, mengapa Tuhan sampai murka (4:13) ? murka Tuhan yang bangkit terhadap Musa dalam teks ini sangat berkaitan erat dengan teks sebelumnya, dimana ketika Tuhan berjanji akan menyertai lidah dan mengajarnya, disitu Musa masih meragukan akan kuasa Allah. Dalam hal inilah Allah murka. Sebenarnya sikap rendah hati yang dimiliki oleh Musa itu sangat baik sekali dan sudah seharusnya dimiliki oleh setiap kita yang mau di pakai sebagai hamba yaitu sikap yang rendah hati. Tetapi jika diikuti dengan sikap yang meragukan akan kuasa Allah, itu yang tidak seharusnya terjadi. Seberapa besar pelayanan yang nantinya kita dipercayakan, apakah itu berarti setelah kita lulus dari tempat ini, kita menjadi gembala salah satu gereja? Atau menjadi pengkotbah dalam jemaat yang jumlahnya ribuan? Lakukanlah semuanya itu dengan bersandar dengan kekuatan Tuhan dan bukan semakin meragukan Tuhan
Aplikasi:
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih memiliki sikap rendah hati dalam setiap batin kita yang paling dalam? Apakah rendah hati itu yang kamu miliki membuat kita semakin kurang mempercayai kuasa Allah? Atau sebaliknya karena kita merasa mampu melakukan segalanya sehingga kita tidak memiliki kerendahan hati di hadapan Allah? Yang dapat mengoreksi diri kita adalah diri kita sendiri dengan Allah.
Ilustrasi:
Ada seorang geocoastal morphologist atau seorang pakar pantai datang ke sebuah pantai di Jogja, namanya apa? … pantai selatan bukan?... kemudian ia berdiri dengan gagahnya di bibir pantai dengan berkata sambil menunjuk bagian pantai yang ombaknya ganas, sebelumnya seorang nelayan telah memperingatkannya untuk tidak berdiri di situ. Akan tetapi ia mengabaikannya sambil berkata :” saya adalah segelintir orang di dunia ini yang sangat menguasai perairan.” Dan ternyata kalimat itu adalah kalimat terakhir yang Ia ucapkan, setelah itu ombak menggulung orang tersebut ke tengah laut dan ia pun mati tenggelam. Apakah kita ingin mencoba seperti itu?......
Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar